Sebagai manusia Bali, tentu saja kita memiliki banyak sekali keunikan dan ciri khas yang melekat pada diri kita. Misalnya saja memiliki bahasa tersendiri yaitu Bahasa Bali, memiliki tradisi-tradisi tersendiri dan lain sebagainya. Itulah yang kemudian disebut sebagai salah satu bentuk warisan dari leluhur yang mana tidak selalu bersifat kebendaan atau materi semata. Akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah warisan ilmu pengetahuan dalam tradisi milik leluhur yang kemudian wajib untuk diterima dan dipahami oleh kita sebagai manusia Bali. Salah satunya warisan budaya yang bernama otonan.
Otonan sendiri merupakan sebuah tradisi ritual yang mana bertujuan untuk memperingati hari lahir seseorang secara tradisional Bali. Namun berbeda dengan ulang tahun yang lumrahnya diperingati setahun sekali didasarkan atas angka tanggal dan bulan, otonan diperingati atau dilaksanakan setiap 6 bulan Bali atau 210 hari sekali. Peringatannya sendiri didasarkan atas pertemuan hari atau yang dalam istilah tradisionalnya disebut Saptawara dengan pepasaran atau Pancawara yang terdiri dari Umanis, Paing, Pon, Wage dan Kliwon serta dikaitkan pula dengan Wuku yang menaungi hari tersebut. Pada saat otonan, seseorang akan melaksanakan upacara yang terdiri dari natab sampian otonan, ngaturang sembah dan sebagainya sesuai dengan dresta dan tradisi di masing-masing wilayah. Karena pada intinya, tradisi ini dilaksanakan dengan harapan agar ia yang diupacarai senantiasa mendapatkan perlindungan dan anugerah dari Ida Sanghyang Widhi Wasa serta leluhur yang diyakini telah "dumateng" atau bereinkarnasi pada seseorang tersebut.
Namun apakah otonan tersebut hanya merupakan sebuah upacara atau ritual semata? Ternyata tidak. Sebab dibalik ritual otonan itu, tersimpan pengetahuan yang sangat dalam dan luar biasa mengenai kelahiran dari seseorang tersebut. Apakah itu pembawaan karakteristik pribadi dan perilakunya, kesesuaian dengan jenis pekerjaan yang bisa diambil bahkan hingga alur perjalanan hidup bisa dipelajari dan dipahami hanya dengan mengetahui "tegak oton" atau hari otonan seseorang tersebut. Sebab dalam sebuah hari otonan, akan melekat banyak hal yang mana didalamnya mengandung arti, makna dan bahkan pesan khusus mengenai orang yang bersangkutan. Baik itu misalnya wewaran, palelintangan, watek madya watek alit, pangarasan, panca sudha dan sebagainya yang akan menggambarkan atau memberi informasi mengenai orang dengan otonan tersebut. Sebagaimana kemudian dibuktikan melalui studi kasus di lapangan, dimana akurasi mengenai kesesuaian karakter seseorang ketika dibaca melalui "pawacakan oton" atau unsur-unsur dalam otonan twraebut cenderung mencapai hingga 85%. Aka tetapi tetap saja untuk dapat memahami mengenai hal-hal tersebut, diperlukan adanya usaha mempelajarinya terlebih dahulu. Namun dengan kecanggihan teknologi informasi seperti sekarang ini, tampaknya tidak sulit untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal tersebut.
Dengan adanya berbagai macam informasi maupun hal-hal yang bersifat pribadi terhadap seseorang dari hari otonan tersebut. Tentu saja hari otonan menjadi sangat penting untuk dipahami karena diharapkan seseorang yang sudah memahami otonan dan pesan-pesan dibaliknya dapat mengusahakan hal yang terbaik bagi dirinya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang berbahaya bagi dirinya sebagai suatu bentuk usaha menjalankan kehidupan. Selain itu juga, masyarakat juga meyakini bahwa di tangan orang tertentu, otonan juga bisa dipakai sebagai dasar bagi seseorang untuk melakukan tindakan yang bersifat menyakiti atau tidak baik. Sebab ketika si pelaku memahami apa saja bagian-bagian dan termasuk pula kelemahan-kelemahan orang tersebut berdasarkan otonan nya, maka akan sangat mudah baginya untuk bertindak sesuai yang diinginkan. Karena itulah kemudian menurut Prangga Wardana, seorang pemuda putra Hokage Renongakure yang dalam setahun terakhir ini mulai menggemari Wariga mengatakan bahwa sangat penting untuk merahasiakan otonan kita dalam konteks menjaga diri sebab otonan merupakan blueprint Yang menggambarkan seperti apa dan bagaimana orang tersebut. "Otonan adalah blueprint atau cetak biru dari seseorang tersebut. Sebab dalam otonan, termuat berbagai macam informasi yang ketika diketahui oleh orang yang berniat buruk terhadap kita bisa menjadi dasar untuk menyakiti kita baik secara "sekala" maupun "niskala". Sehingga perlu bagi kita untuk senantiasa berhati-hati, " sebut seniman yang memulai debutnya di bidang komik dengan judul Satua I Leak Barak tersebut.
Tidak mudah untuk melepas segala hal yang terkesan "modern" atau "luar negeri" dan kemudian kembali untuk mengacu pada hal-hal warisan leluhur Bali yang bersifat tradisional atau yang kerap diejek sebagai sesuatu yang kuno. Padahal sesungguhnya warisan leluhur jauh lebih rinci dibandingkan dengan apa yang diterima dari luar negeri. Akan tetapi meski sulit namun bukan berarti tidak bisa, sebab Prangga Wardana sendiri telah membuktikan bahwa anak-anak muda modern pun ternyata memiliki minat yang tinggi terhadap ilmu tradisional Bali warisan leluhur. Sebab kalau bukan kita sebagai manusia Bali yang mewarisinya, maka tentu tidak akan ada lagi yang akan melakukannya... (was)