Kesenian
adalah merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang lahir atau tercipta sebagai
bagian dari kehidupan manusia beserta segala bentuk proses dan interaksi antar
manusia yang terjadi di dalamnya. Bentuk-bentuk kesenian itu sendiri sudah
dapat dipastikan tidaklah sama sebab itu akan dipengaruhi atau ditentukan oleh
kondisi masyarakat pendukungnya maupun kondisi alam di wilayah tersebut.
Sehingga tidak heran jika untuk suatu aspek kesenian yang sama misalnya
gegambelan, akan terdapat bentuk-bentuk yang berbeda dan justru semakin
menambah keragaman atau kekayaan budaya tersebut. Hal serupa juga ditemukan di
Bali, yang mana di wilayah Jembrana
terdapat sebuah alat musik tradisional atau gambelan yang khas dan memang tidak
ada di wilayah lain di Bali. Adapun jenis gambelan itu yakni disebut dengan
Kendang Mebarung.
Kendang
Mabarung ini yaitu sebuah kendang tradisional yang berukuran sangat besar,
yaitu garis tengahnya bisa sampai 80 cm hingga 82 cm dengan panjang badan
kendang tersebut mencapai 2,25 meter. Mangku Ketut Sindya yaitu salah satu
masyarakat panglingsir di desa Pergung Jembrana mengatakan bahwa kesenian
tersebut adalah sebuah kesenian warisan leluhur yang kerap kali dimainkan oleh
masyarakat pengingsir atau yang tergolong tua. Pada awalnya kesenian tersebut digunakan
sebagai ajang untuk berolahraga bagi mereka namun kemudian menjadi sebuah
kesenian untuk adu kualitas suara atau "meluung-luungan munyi". Lebih
lanjut beliau mengatakan, jenis kesenian yang ini bisa ditemukan di beberapa
wilayah di Jembrana misalnya di Penyaringan,
Tegal Cangkring, Pergung dan sebagainya ini biasanya akan disuarakan saat ada
karya dipura, saat layon berangkat ke setra, mengiringi kegiatan mecaru, saat
upacara pawiwahan dan bahkan nyambutin. Namun itu sendiri kembali kepada minat
atau keinginan dari si pemilik upacara karena pada dasarnya itu bukanlah suatu
kewajiban atau keharusan. "Tidak hanya itu meski banyak ditemukan, namun
tidak bisa dipastikan bahwa setiap desa di Jembrana pasti memilikinya. Hal itu
sendiri mengikuti atau menyesuaikan dengan keinginan masyarakat di banjar
maupun desa adat yang bersangkutan dan bukanlah sebuah kewajiban," sebut
Mangku Sindya.
Tidak
hanya unik dari segi bentuknya, Mangku Sindya juga mengatakan bahwa kendang itu
sendiri memiliki keunikan lainnya. Hal itu sendiri yakni dari sebuah kendang
mebarung tersebut akan menghasilkan 5 jenis suara yang berbeda, diantaranya
yaitu disebut dengan suara Tutuk atau suara kerasnya, kemudian Grantangan yakni
berupa ngarrrrrr ngararararar, kemudian Reng yakni ngurr ngurrr ngurrrr, suara
Glendengan maupun Angkepan atau proporsionalitas dari keempat suara tadi. Namun
ia tidak akan bisa dideteksi tanpa bantuan alat mendengarnya, hal tersebut
seperti yang disebutkan oleh I Ketut
Suwandra yaitu Ketua Sekaa Kendang Mabarung Adnyana Tunggal Desa Pergung,
Jembrana. Beliau mengatakan bahwa untuk mendengarkan bagus-jeleknya kelima suara
kendang tersebut harus berdiri jauh dari
kendang tersebut dipukul kemudian memakai bungbung yang didekatkan di telinga pendengar.
Suara yang kemudian didengarkan itu adalah berupa gema suara yang muncul dari
bungbung tersebut. Saat itulah akan didengarkan secara seksama apakah suaranya
sudah pas atau perlu diperbaiki lagi agar makin bagus suaranya itu atau
bagaimana.
Ditanya
mengenai bagaimana perbaikan kendang tersebut dilakukan, Ketut Suwandra
mengatakan bahwa itu dilakukan tidak ada waktu berkala melainkan saat suaranya
dianggap berubah atau kualitasnya menurun saja. Sedangkan jika didasarkan pada
kondisi badan atau kayu kendangnya itu tidak menjadi penentu. Ditanya hal apa
yang paling penting untuk dapat memainkan kendang yang memakai panggul dari
bahan rotan ini, Ketut Suwandra mengatakan bahwa yang terpenting adalah
kelenturan tangan dan lengan. Sebab jikalau tangan dan lengan kita tidak lentur
maka disarankan untuk tidak ikut memukulnya sebab akan menimbulkan sakit dan
kaku pada keduanya tadi. "Memainkan kendang ini adalah susah-susah
gampang, sebab selain harus lentur pola pukulannya tidak mudah dan harus
melalui tahap pembiasaan. Jika tidak maka setelah selesai memukul kendang
mebarung tersebut akan membuat badan semua tersa pegal dan kaku semua dan suara
kendangnya pun jauh dari yang diharapkan," demikian Ketut Suwandra
menjelaskan.
Selamat pagi pak, masih simpan file kendang mebarung pak? kalau ada boleh saya minta pak?
BalasHapus