Masing-masing
daerah pasti memiliki ciri khasnya masing-masing sehingga itulah kemudian
menjadi penyebab mengapa daerah-daerah yang memiliki keunikan-keunikan tersebut
menjadi suatu hal yang wajib dikunjungi oleh para penggemar travelling atau berwisata. Hal tersebut
juga ditemukan di Bali yang sejak dulu terkenal sebagai “pulau Dewata” atau
“Pulau Seribu Pura” yaitu berupa keindahan alam maupun berbagai bentuk seni dan
budayanya. Terkait dengan kesenian atau berupa instrument gamelan, hampir semua
daerah di Bali memiliki dan mengenalinya sebagai salah satu bentuk kesenian
budaya. Akan tetapi di beberapa daerah seperti misalnya di daerah Jembrana,
terdapat jenis gambelan atau instrument musik tradisional yang berbeda dan
menjadi sebuah ciri khas tersendiri, yaitu berupa Jegog.
Menurut
Mangku Ketut Sindya salah satu masyarakat panglingsir di desa Pergung Jembrana,
jegog adalah sebuah kesenian khas dari Kabupaten Jembrana yang menggunakan bungbung-bungbung
bambu tersusun sedemikian rupa untuk menghasilkan suara yang khas. Alat musik
yang kerap dimainkan saat mesakapan, piodalan, atau saat festival-festival ini
sendiri juga seringkali dikaitkan dengan berbagai jenis tarian. Hal serupa juga
disampaikan oleh I Komang Wartaya yakni anggota sekaa jegog Sekar Taji desa
Pergung. Beliau mengatakan bahwa jegog biasanya juga berisikan berbagai jenis
tarian seperti misalnya berupa joged bumbung. Ada juga jenis lainnya seperti misalnya
berupa tari Pusparesti, Belibis, Cendrawasih dan juga tari Makepung khas
Jembrana. Tidak hanya itu bahkan jegog juga dapat digunakan untuk mengiringi
tarian topeng jikalau memang diinginkan oleh pemilik karya. Juga bisa dipakai
untuk mengiringi drama dan di masa lalu juga dipakai mengiringi pencak silat
maupun cabang. Untuk tabuh yang dimainkan sendiri bermacam-macam, diantaranya
yaitu Tabuh Tegak, tabuh Lembar Iswara, tabuh Doplangan. Terdapat pula tabuh
genderan, tabuh Bali, tabuh Jalak Putih, tabuh tangis alit, yang tergolong
tabuhan ciri khas kuno. “Sedangkan saat prosesi awal atau disebut mungkah sabda
maka digunakan tabuh Truntungan yang biasanya akan dimainkan 5-6 menit
sebagai sebagai pembukaan dan setelah
itu barulah dilanjutkan dengan tabuh lainnya. Kemudian jika akan dipakai di
festival yaitu tabuh kreasi baru berupa Tabuh Kulkul Banjar” sebut Komang
Wartaya.
I
Komang Wartaya pun menambahkan, pada dasarnya Jegog atau Jegogan itu sendiri
adalah instrument atau gamelan bambu yang ukurannya paling besarnya saja dan dalam
formasinya paling belakang. Sedangkan untuk yang lainnya memiliki nama
masing-masing dan juga tersusun atas formasi tertentu. Diantaranya yaitu untuk
yang ditempatkan di baris depan disebut dengan Barangan yang jumlahnya yaitu 3
buah, kemudian dibelakangnya lagi yaitu disebut dengan Kancil atau Kancilan sebanyak
3 buah yaitu sebagai pemanisnya. Dibelakang kancil ada yang disebut dengan
Suwir berjumlah 3 buah dengan pegapit 2 buah di kanan dan kirinya yang disebut
dengan Kuntung atau disebut dengan Celuluk sebanyak 2 buah. Kemudian paling
belakang yaitu Jegogan tadi sebanyak 1 buah dan ia diapit di kanan-kirinya
dengan gambelan yang disebut dengan
Undir sebanyak 2 buah. Sehingga totalnya sebanyak 14 buah instrument dan
ditambah dengan kletuk atau tawa-tawa 1 buah, kendang 2 buah, cengceng 1 buah
dan suling 1 buah sehingga lengkapnya bisa mencapai 19 instrumen musik yang
disebut dengan gambelan jegog abarung.
Keunikan
lainnya yaitu menurut beliau adalah dari segi permainannya, sebab dalam
memainkan satu tabuh maka tiap jenis intrumen bambunya dimainkan secara
berbeda-beda untuk menghasilkan satu irama. Misalnya saja yaitu untuk di barangan
kedua panggulnya akan ngebun satu dan ngoncang satu atau seperti ngerindik
yaitu matel yang tangan kanan dan yang tangan kiri ngiing. Kemudian untuk di kancil
dan suwir gegebugannya yaitu disebut dengan maket dan nyelangkit dimana antara
tangan kanan dan kiri harus mampu hidup berdiri sendiri. Kemudian untuk di
kuntung disebut dengan ngiing dan ngicig sedangkan untuk di undir sama dengan pada
jegogannya yaitu ngicig saja, namun ketiganya itu harus memakai tenaga yang
cukup besar sebab selain panggul yang agak berat juga dengan tujuan agar suara
yang dihasilkan bisa ngangkep keras. Ditanya mengenai jumlah penabuhnya, beliau
mengatakan bahwa meski instrumen abarungnya sebanyak 19 buah, namun jumlah
pemainnya bisa sebanyak 20 orang karena pada jegogannya dimainkan oleh dua
orang. hal serupa juga disampaikan oleh I Made Dwi Septian Cahyadi, S.Pd.B
yakni pengurus sekaa jegog Sekar Taji yang juga anggota Penyuluh Bahasa Bali di
Kabupaten Jembrana. Dirinya mengatakan bahwa meski jumlah instrumennya adalah
19, namun pemainnya bisa mencapai 20 orang dan di jegogannya tersebut harus
mampu dimainkan oleh kedua penabuh dengan baik dan serasi. Selain itu secara
umum memainkan jegog tersebut juga unik karena menuntut konsentrasi serta
tingkat kehapalan penabuh terhadap tabuh yang dimainkan. “Tata cara memainkan
jegog itu unik sebab antara tangan kanan dengan tangan kirinya sama sama megang
panggul dan keduanya memainkan not atau nada yang berbeda. Seperti orang
ngerindik, satu tangannya ngebun satu lagi ngoncang,” sebut Dwi Septian Cahyadi
menjelaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar