Masyarakat Bali sudah
dari dulu melaksanakan upacara yadnya yang merupakan bentuk ajaran agama Hindu,
hal itu menyebabkan upacara yadnya tersebut menjadi bagian yang tidak akan
terpisahkan dari keberadaan masyarakat Bali. Bahkan tidak jarang pelaksanaan
ngaturang banten dan upacara yadnya tersebut dijadikan ciri khas dari
masyarakat Hindu itu sendiri.
Dalam pelaksanaan
yadnya tersebut, sebenarnya jika disimak dan diperhatikan dengan baik ada hal
menarik yang selalu menyertai, yaitu kebaya yang digunakan oleh ibu-ibu atau
kaum perempuan dalam melaksanakan upacara yadnya tersebut. Baik sebagai
pengayah mangku atau sang sane muput upacara ataupun sebagai pengayah di bagian
lain. Bentuknya serta coraknya yang sangat beragam seolah ikut memeriahkan
pelaksanaan upacara yadnya tersebut agar semakin semarak.
Kualitas dari sebuah
kebaya tentu tergantung dari bagaimana kualitas jahitannya serta juga
ditentukan oleh jenis kain yang digunakan sehingga harus benar-benar dipilih
agar sesuai dengan minat atau jenis baju yang akan dibuat. Setidaknya hal
tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Bu Candra, salah
satu penjahit kebaya yang tinggal di Br. Dukuh Moncos, Sobangan, Mengwi ini. Beliau
mengatakan bahwa dalam menghasilkan baju yang bagus dan kualitasnya memuaskan,
tidak cukup hanya dengan pas sesuai dengan ukuran pemesan. Jenis kainnya juga
harus ditentukan dengan baik karena ada kain yang kualitasnya kurang bagus
sehingga ketika setelah dijadikan baju dan dicuci berkali-kali baju tersebut
akan menciut atau melonggar sehingga tidak lagi sesuai dengan ukuran pemesan
meski tidak semua kain kebaya kualitasnya seperti itu. Selain itu lebih lanjut
ibu dua anak ini menjelaskan bahwa mode kebaya saat ini sudah sangat beragam
sehingga orang-orang menjadi kembali tertarik untuk membuat berbagai jenis
kebaya baru dan dengan bentuk serta rancangan yang mereka ciptakan sendiri.
Terutama menjelang adanya piodalan-piodalan atau upacara-upacara keagamaan
lainnya.
Keberadaan berbagai
jenis kebaya yang saat ini selalu kita lihat terutama saat pelaksanaan upacara
agama tentu menunjukkan bahwa masyarakat Hindu Bali juga memiliki rasa seni
yang tidak kalah besarnya dengan rasa bhakti terhadap Yang Maha Kuasa .
Terbukti berbagai jenis mode baru dari kebaya seolah selalu menyambut datangnya
hari suci serta pelaksanaan upacara yadnya. Semoga saja penggunaan kebaya yang
bermacam mode tersebut tidak menjadi ajang persaingan bagi masyarakat terutama
kaum wanita sehingga mereka lebih terfokus pada persaingan gengsi saja tanpa
memahami nilai sradha dan bhakti dalam pelaksanaan upacara tersebut. (wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar