Keberadaan burung
bangau di desa Petulu tepatnya di banjar Petulu Gunung, desa Petulu, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar,
Bali tentu membuat sebagian orang bertanya-tanya mengapa bisa burung bangau tersebut
bisa berada di sana dan seolah merasa aman tinggal berdampingan diantara
manusia. Ternyata hal tersebut tidak terlepas dari fenomena Tuhan yang terjadi
puluhan tahun yang lalu.
Masih jelas teringat
oleh bapak Wayan Beneh, Bendesa adat desa Petulu ini bagaimana bisa burung
bangau tersebut muncul di banjar Petulu Gunung. Pada awalnya masyarakat ingin menghaturkan
karya atau yadnya pada tahun 1965. Beberapa hari setelah karya dilaksanakan
muncul segerombolan burung berwarna putih atau burung bangau yang datang dan
menetap di wilayah banjar Petulu Gunung. Kemudian masyarakat pun nunas baos atau bertanya ke orang pintar
terkait dengan kejadian aneh dan unik tersebut dan akhirnya diketahui bahwa itu
adalah merupakan anugerah Ida Sang Hyang Widhi yang akan menjadi pokok atau modal bagi masyarakat desa
Petulu untuk merubah taraf hidup mereka.
Terdapat pelinggih
khusus di pura desa puseh di banjar Petulu Gunung. Akan tetapi bukanlah burung
bangau yang dipuja melainkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya
sebagai dewa yang menjaga kestabilan alam serta para hewan dan binatang.
Pada awalnya masyarakat
setempat sempat merasa tidak senang dengan keberadaan burung bangau ini, sebab burung
bangau ini menyebabkan lingkungan banjar mereka dikotori dengan kotoran burung
yang berserakan.baik itu dijalan, di pepohonan bahkan di sekitaran rumah yang
menimbulkan pemandangan menjadi kurang bagus serta baunya amis. Sehingga
masyarakat pun mengata-ngatai burung ini dengan kata-kata yang tidak baik dan
bahkan ada yang sampai mengusirnya menggunakan galah/bambu panjang. Namun
setelah itu, tiba-tiba burung tersebut merusak tanaman ketela rambat yang
ditanam oleh warga dan tanaman tersebut dijadikan sarang oleh burung-burung
tersebut. akhirnya masyarakat mengakui kesalahannya dan menghaturkan banten di
pura seraya memohon maaf atas kesalahan tersebut dan sampai sekarang tidak ada
masyarakat yang berani menggangu burung-burung kokokkan tersebut.
Beliau yang pernah
menjadi kepala desa di desa Petulu selama 29 tahun ini pun mengatakan bahwa suatu
ketika terdapat sebuah keluarga yang pergi berkunjung ke desa wisata petulu
ini, anak yang mereka ajak sangat ingin mengambil salah satu dari anak burung
bangau itu sampai ia menangis, karena orangtuanya tidak sampai hati maka
diambilah seekor anak bangau tersebut untuk dibawa pulang. Ketika malam hari tiba-tiba
keluarga tersebut didatangi oleh orang yang tinggi besar dan diminta untuk
mengembalikan burung bangau tersebut kalau tidak maka akan terjadi bencana.
Maka keesokan harinya keluarga tersebut mengembalikan anak burung bangau
tersebut beserta menghaturkan banten Guru Piduka atau permohonan maaf.
Melalui kesakralan dari
burung bangau disini ternyata dapat menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia
bisa hidup harmonis dengan alam tanpa ada yang merasa terganggu. Selama hal itu
diyakini sebagai suatu anugerah dari yang maha kuasa serta diterima dengan
ikhlas dan senang hati. Semoga melalui keunikan yang berada di desa Petulu ini
dapat menjadi inspirasi bagi seluruh manusia agar mulai berpikir untuk berusaha
hidup harmonis dengan alam dan bukan berusaha untuk menaklukkannya saja. (wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar